ARS's Info.

(Information: Tourism, Family, Lifestyle, Entertainment, Healt, etc.)

Pemberontakan Orang Cina Tahun 1740

Lama sebelum kedatangan orang Belanda ke Indonesia, orang Cina sudah banyak berada di pulau Jawa. Jan Pieterszoon Coen mengenal mereka sebagai pekerja yang rajin dan trampil. Karenanya Coen sangat menyukai mereka dan menganjurkan kedatangan mereka ke Batavia.

Orang Cina sedang Menghisap Candu

Tiap tahun berdatanganlah perahu-perahu Cina ke Batavia membawa barang dagangan seperti teh, barang porselen, sutera dan sebagainya. Tetapi disamping itu perahu-perahu itu juga mengangkut orang Cina dalam jumlah yang cukup besar. Mula-mula orang Belanda merasa menyambut kedatangan mereka. tetapi setelah banyak masalah yang ditimbulkan orang-orang Cina, mereka jadi jengkel. Karena banyaknya pengangguran, pencurian dan perbuatan tindak pidana lainnya mulai berkecamuk. Pemerintah belanda kemudian mengeluarkan peraturan keimigrasian yang keras. Sebagian orang-orang Cina itu di pulangkan kembali ke negeri luluhur mereka. Selanjutnya di tentukan, hanya orang Cina yang memiliki surat-surat yang syah saja boleh menetap di Batavia.

Tindakan itu tidak membawa hasil. Pada tahun 1740 Gubernur Jendral Valckenier dengan persetujuan Dewan Hindia mengambil keputusan yang di kemudian menyebabkan pertumpahan darah. Keputusan itu menyebutkan, bahwa semua orang Cina yang di curigai, meskipun sudah memiliki surat-surat syah, akan ditangkap dan di kirim ke Sri Lanka untuk di pekerjakan di  perkebunan milik VOC di sana.

Namun tindakan Valckenier itu kemudian disalahgunakan oleh sebagian pejabat kompeni untuk memeras orang-orang Cina. Sementara itu tersiar kabar, bahwa orang Cina yang diangkut ke Sri Lanka itu di tengah perjalanan di lempar ke laut. Akibatnya, banyak orang Cina lalu meninggalkan kota untuk bergabung dengan para pemberontak. Keadaan menjadi bertambah tegang. dan ketika orang Cina di sekitar kota mulai menyerbu, di dalam tembok kota juga pecah pemberontakan.

Pada waktu terjadi kebakaran di satu rumah orang CIna, maka hal itu dianggap sebagai aba-aba untuk mengadakan serangan umum terhadap apa saja yang berbau Belanda. Pembunuhan dan perampokan pun terjadilah.

Orang Belanda yang di perkuat dengan para serdadu marinir melakukan serangan balik ke perkampungan orang Cina. Para budak juga diikutsertakan dalam serangan balasan itu.

Dalam kerusuhan yang berlangsung selama satu minggu itu diperkirakan 5000 sampai 10.000 orang Cuna tewas. Ratusan rumah menjadi abu. Yang danggap tidak wajar ialah karena kompeni tidak menunjukkan suatu usaha untuk menghentikan pertumpahan darah tersebut.

Gubernur Jendral Valckenier akhirnya mengeluarkan perintah agar orang Cina yang ada di dalam penjara di bunuh habis. sesudah keadaan menjadi aman kembali, kompeni mengadakan pengampunan umum. Tetapi sejak itu orang Cina dilarang bertempat tinggal di dalam tembok kota. Kepada mereka ditunjukkan satu tempat pemukiman baru, yaitu di dekat Lapangan Glodok.

Setelah pemberontakan orang Cina berakhir, di mana-mana di dalam kota dijumpai mayat bergelimpangan. Di Jatinegara ada sebyah kampung bernama Rawa Bangke. Dinamakan begitu karena di situ dulu terdapat rawa yang penuh bangkai orang Cina. Setelah pemberontakan ditumpas dengan kejam, banyak orang Cina melarikan diri ke daerah Tangerang. itulah sebabnya mengapa di sekitar Tangerang sekarang banyak dijumpai orang keturunan Cina. Kota Mauk di sebelah barat laut Tangerang, konon berasal dari nama seorang pelarian Cina, Ma Uk.

Sumber: meriamsijagur

7 Mei 2010 - Posted by | Nostalgia Jakarta |

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar